"Yah, siap tidak, hidup bersama ummi tanpa anak?" tanyaku suatu hari, memancing dalamnya relung hati. Mengambil posisi, berbaring di sisi suami yang sedang membaca.
"Hmm... sepertinya tidak," jawab suamiku tenang. Ia berkata tanpa berani menatap harapan indah di bola mataku. Bibirku terbuka tidak percaya. Serasa gelombang besar menghantam tubuh kecilku. Kristal air mata yang mendesak-desak keluar, kucoba sembunyikan. Apakah artinya ini? Aku tidak berani mengeksplor abstraknya cinta lebih jauh.
Aku harus menjadi wanita yang lebih mandiri. Logika pikiranku memutuskan. Suatu saat nanti, kami bisa saja tak bersama lagi jika tidak memiliki anak. Benarkah cinta suami sebatas memiliki anak? Apakah ada wanita lain? Waraskah analisaku? Entahlah, semakin aku bertanya, semakin gila rasanya.
ditulis oleh : Fifi Hafizhah Nurul Fikri
Mempunyai
seorang buah hati tentu menjadi dambaan setiap insan yang sudah
menggenapkan setengah diennya. Namun boleh jadi Allah tak segera
memberikan "amanah" itu meski usia pernikahan sudah menginjak di tahun
kedua, ketiga, atau bahkan lebih. Apa yang harus kita lakukan? padahal
segala upaya, ikhtiar, dan doa sudah dilakukan dengan maksimal. Ditambah
dengan sikap oleh sebagian pasangan yang seolah memojokkan kita sebagai
wanita yang mandul. Sakit kian terasa. Namun berpasrah diri mungkin
menjadi jalan terakhir yang harus kita tempuh. Dan Allah pun akan selalu
dekat dengan hambaNya yang berpasrah diri.
Kisah ini menjadi salah satu tutur jujur para pendamba momongan yang terdapat di buku "Ya Allah, Beri Aku Satu Saja.."
Buku
yang berkisah tentang pengalaman menunggu hadirnya buah hati dalam
sebuah pernikahan. Buku yang akan menguras emosi dan air mata. Dan saya
jamin, pembaca pun akan ikut larut dalam serangkaian kisah jujur yang
kami tuturkan. Dilengkapi dengan ulasan medis dari setiap permasalahan
yang ada dalam setiap kisah.
Telah tersedia di Gramedia dan Toko-toko buku besar di kota Anda.
Harga Rp 39.000,00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar