gambar dicomot dari sini |
Keputusanku
sudah bulat. Aku tak mungkin mengubahnya lagi. Biar pun dia berlutut dan
menyembah kakiku, itu tak akan meluluhkan hatiku. Biarkan dia keluar dari rumah
ini sebagai konsekuensi atas pilihan hidupnya. Aku sangat menyesalkan sikapnya
yang tidak punya malu itu. Bagaimana bisa dia mengingkari kodratnya,
sementara manusia selalu dituntut untuk bisa percaya pada Tuhan. Bukan malah
mengingkari takdir yang sudah digariskan-Nya.
“Maafkan aku, Ma!”
Kututup saja telingaku agar tak mendengar ucapan maafnya yang kian terasa membosankan. Percuma saja memohon jika keputusanku untuk tidak memaafkannya sudah tak bisa diotak-atik lagi. Aku percaya pada Tuhan, kelak di lain waktu Dia yang akan menyembuhkan luka di hati ini.Luka yang terasa perih akibat ‘goresan’ yang dia cipta. Rasa tidak punya malu yang ada pada dirinya itu tak langsung telah mencipta dinding pemisah hubungan darah ini. Tanpa ragu dia telah mencorengkan arang di muka kami – keluarganya. Tanpa ragu pula aku dan keluarga besarku akan mencoretnya dari daftar ahli waris. Punya ahli waris seperti dia, sungguh memalukan!
Bersusah
payah aku mengandungnya, bertaruh nyawa demi melihat tangisnya, serta berbangga
hati ketika yang kulahirkan ternyata seorang bayi laki-laki. Seharusnya dia
tahu kalau harga seorang anak laki-laki itu lebih ‘mahal’ daripada anak
perempuan. Bukankah dia sadar kalau dia lahir sebagai keturunan Thionghoa yang
memang selalu menjunjung tinggi anak laki-laki? Bahkan sebuah pepatah kuno
mengatakan bahwa jika seorang ibu melahirkan anak laki-laki, bayinya akan
diberi permainan dengan batu giok, sedang jika bayi itu perempuan, ia akan
dibiarkan bermain dengan pecahan gamping di tanah. Namun
nyatanya kini, sikap tidak punya malu benar-benar telah melekat padanya.
Tak kusangka dia akan menentang keputusanku untuk menjadikannya sebagai
ahli waris keluarga.
“Aku percaya pada Tuhan, Ma. Dia yang akan memberikan rezeki untukku, bukan warisan Mama atau Papa,” begitu katanya sebelum akhirnya dia kabur dari rumah. Hingga setelahnya dia membuat seisi rumah heboh dengan kedatangannya dari Singapura. Dia tak lagi tampil sebagai Lian, tapi berubah menjadi Liana dengan gaya kemayunya.
*pernah diikutkan dalam lomba Misteri Ilmu-nya Group AAR (Aku Anak Rantau)
“Aku percaya pada Tuhan, Ma. Dia yang akan memberikan rezeki untukku, bukan warisan Mama atau Papa,” begitu katanya sebelum akhirnya dia kabur dari rumah. Hingga setelahnya dia membuat seisi rumah heboh dengan kedatangannya dari Singapura. Dia tak lagi tampil sebagai Lian, tapi berubah menjadi Liana dengan gaya kemayunya.
*pernah diikutkan dalam lomba Misteri Ilmu-nya Group AAR (Aku Anak Rantau)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar