Rembulan kian meredup. Sinarnya yang menerobos genting kaca
tak mampu menerangi seluruh ruangan yang memang sengaja kumatikan lampunya.
Kupandangi bergantian kau dan lelaki kecilku yang terlelap. Satu kecupan
mendarat di kening lelaki kecilku. Dia menggeliat, lalu kembali terlelap.
Sedangkan kau, masih sama seperti biasa, sibuk dengan dengkuranmu. Kuberanjak
pelan turun dari pembaringan, berharap kau dan lelaki kecilku tak menyadari
kalau aku mengendap pelan meninggalkan kalian dalam lelap. Selama ini aku
merasa asing dalam duniaku sendiri, semua karena keterpaksaan yang
mengikat hatiku. Benarkah ucapmu kala itu? Yang kau bilang aku akan
menemukan cinta ini seiring berjalannya waktu. Tapi nyatanya, hingga kini tak
pernah hadir cinta itu di hatiku. Keadaan kian menyiksa ketika aku biarkan
cinta yang sengaja kau tumbuhkan, layu begitu saja tanpa pernah kucoba
mempertahankannya.
Ingin kumenjerit memekikkan kepiluan. Hati yang dulu pernah
pergi, kini dia telah kembali. Memohon
kesempatan tuk kembali mereguk bahagia bersamaku. Tentu saja semua karena
cinta. Dan aku pun tak akan biarkan cinta yang pernah kuimpikan
bersamanya menguap seketika karena keadaan yang tak pernah kuinginkan. Mantap
kumelangkah menuju pintu keluar. Kurogoh kunci yang sudah kugandakan. Saat tanganku
memegang handle pintu, seketika ruangan menjadi terang. Tubuhku gemetar.
Kulihat kau berdiri di sudut ruang. “Pergilah, Na! Aku tahu kau terlalu lelah bersandiwara
selama ini,” benarkah ucapmu itu? Hatiku kegirangan. Inilah saatnya aku
membebaskan diri dari cinta yang tak pernah kuinginkan darimu. Tanpa ragu, juga
tanpa mencium punggung tanganmu, aku segera berlalu menemui cinta sejatiku. Di
halaman depan dia telah menunggu. Senyum kemenangan terpancar di wajah bulenya.
Setengah jalan, langkah kakiku terhenti. “Jangan pergi, Ma!” seketika kubalikkan
badan. Kupandangi wajah lelaki kecilku yang tengah bercucuran air mata. Dia
menubrukku, menenggelamkan kepalanya dalam pelukanku. Isak tangisnya begitu
mengiris hati, hingga tak lagi kupedulikan suara klakson yang berkali-kali
dipencet si bule. Sampai dia jengah dan berlalu.
*pernah diikutkan dalam Misteri Ilmu Group Aku Anak Rantau (AAR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar