Wanita Fajar dan Gadis Kecilnya
Ada kalanya Allah memberikan
kita ‘cermin’ dari kehidupan orang lain di sekitar kita, agar kita lebih banyak memanjatkan
syukur
***
Dia bukanlah siapa-siapa, hanya
tetangga dekat rumah (tempat tinggal suami), yang kebetulan kisah hidupnya mampu memberikan gambaran
tentang kekuatan seorang wanita dalam menjalani cobaan hidup. Sebut saja
namanya Sri (nama disamarkan).
Sri adalah anak pertama
dari sebuah keluarga yang bisa dibilang berada. Orang tuanya (tinggal ibunya
saja) memiliki sawah berpatok-patok. Kambing peliharaannya pun puluhan ekor.
Akan tetapi keadaan itu tak lantas membuat Sri berpangku tangan menikmati harta
orang tua. Sebelum fajar menyingsing, Sri sudah berkutat dengan aktivitasnya
mengumpulkan barang-barang bekas. Ya, itulah pekerjaan Sri – pemungut barang
bekas.
Pasti dibenak kita akan
bertanya-tanya, “Orang tuanya saja kaya, kenapa dia mesti jadi pemungut barang
bekas?” Awalnya, aku pun bertanya demikian. Tetapi begitu menelusuri
kehidupannya, barulah aku mengerti. Rupanya, ibunya Sri pernah menolak keadaan
Sri. Kenapa? Karena Sri adalah seorang penyandang disabilitas. Sebenarnya bukan
bawaan sejak lahir, namun sebuah insiden kecelakaanlah yang akhirnya merenggut
kebebasan gerak Sri. Sudah jatuh, tertimpa tangga. Mungkin itulah peribahasa yang
pas untuk menggambarkan nasib Sri. Di saat fisiknya tak lagi normal, dukungan
dari keluarga pun seolah hilang. Dengan alasan itulah, Sri merasa berkewajiban
untuk mencari nafkah untuk dirinya sendiri, karena dia tak ingin merepotkan ibu
dan keluarganya yang lain. Sebelum menjadi seorang pemungut barang bekas, Sri
juga pernah menjadi seorang pengasuh bayi.
(Catatan : kondisi fisik Sri cacat tangan dan kaki. Tangan sebelah kanan jari-jarinya menekuk, sedangkan telapak kaki kanan posisinya miring, sehingga jalannya timpang).
(Catatan : kondisi fisik Sri cacat tangan dan kaki. Tangan sebelah kanan jari-jarinya menekuk, sedangkan telapak kaki kanan posisinya miring, sehingga jalannya timpang).
Setiap hari Sri selalu berangkat
mencari barang-barang bekas sebelum matahari menampakkan sinarnya. Tak dia
hiraukan langit yang masih gelap. Tak dia pedulikan udara dingin yang kadang
menggigit tulang. Dengan telaten, Sri menyusuri sepanjang jalan hanya untuk
menemukan plastik bekas makanan atau minuman, juga kardus-kardus tak terpakai
lainnya. Sri baru akan pulang ketika matahari mulai naik sepenggalah. Aktivitas
itu kembali dilakukannya pada siang atau sore hari jika memang memungkinkan.
Setiap seminggu sekali, mobil pengangkut rongsokan akan mendatangi Sri untuk
mengambil barang-barang bekas yang telah Sri kumpulkan. uang hasil penjualan barang bekas itulah yang memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Sri.
Selain menyandang disabilitas, Sri
juga seorang gadis yang polos, meski usianya telah menginjak di angka tiga
puluhan. Pikirannya begitu sederhana, termasuk ketika dia mulai mengenal
seseorang di dunia luar. Rupanya ada seorang lelaki yang tega memanfaatkan
kepolosan dan kesederhanaan Sri. Tak pernah ada yang tahu bagaimana kejadian
yang sebenarnya, hingga di suatu hari Sri kedapatan telah hamil. Hal ini
menjadi sebuah pukulan telak bagi ibunya. Namun dari musibah itulah, ada hikmah
yang kembali merekatkan hubungan ibu dan anak tersebut. Bagaimanapun, seorang
ibu pasti akan ikut merasakan sakit ketika anaknya ‘dicubit’. Dan seperti itulah
selamanya naluri seorang ibu.
Dari cobaan demi cobaan yang telah
dilalui oleh Sri, boleh jadi Allah menganggap Sri sebagai seorang wanita yang
tegar. Wanita yang tak mudah ‘jatuh’ meski badai ujian menerpanya. Dan
nyatanya, Sri pun sanggup menjadi orang tua tunggal dari seorang bayi perempuan
yang kemudian dilahirkannya dengan berat 2400 gram.
Saat itu, tepat di tanggal 21 Juli
2010, Sri resmi menjadi seorang ibu. Aku ingat betul karena kebetulan dua hari
sebelumnya (tanggal 19 Juli 2010), aku juga berjihad melahirkan lelaki
kecilku. Sri melahirkan di rumah bersalin yang sama denganku. Alhamdulillah... proses
kelahirannya lancar, meski jika dinalar kembali, hal itu seperti sebuah
mu’jizat, mengingat kondisi pinggul Sri yang juga tak normal. Tetapi jika Allah
menghendaki, maka semuanya akan menjadi sangat mudah.
Orang lain mungkin tak akan pernah
bisa merasakan apa yang Sri rasakan. Bukan tak mungkin Sri yang kesehariannya
selalu terlihat tegar, dalam hati dia menitikkan air mata. Mungkin juga
menjerit tertahan. Bagaimanapun, setiap manusia pasti selalu mendambakan
pasangan dalam hidupnya. Tapi... selama ini Sri mencoba berdiri sendiri di tengah ujian
yang menerpanya. Bahkan saat dia harus bertaruh nyawa demi melahirkan gadis
kecil yang kini selalu menemani hari-hari Sri. Pernah, salah seorang tetangga
membujuk Sri agar begitu dia melahirkan, Sri menyerahkan anaknya kepada
pasangan yang bersedia mengangkatnya sebagai anak. Tapi rupanya, Sri
bersikukuh ingin membesarkan gadis kecilnya dengan tangan sendiri. Subhanallah...
Kini gadis kecil Sri telah tumbuh
menjadi balita yang sehat. Setiap pagi, gadis kecil inilah yang akan setia berjalan mengikuti Sri dari belakang. Jika hari masih begitu pagi dan dingin, Sri akan
menggendong gadis kecilnya dengan terseok. Sementara, satu tangannya akan
menyeret karung yang telah penuh dengan barang bekas.
Sri, aku menyebutnya wanita fajar, wanita sederhana yang membuatku lebih banyak bersyukur. Bersyukur atas kenormalan fisik yang telah
Allah berikan padaku (normal ya, bukan sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah), bersyukur atas ujian hidup yang tak ada apa-apanya dibanding
ujian hidup yang Sri hadapi, juga bersyukur atas anugerah Allah untuk
menjadikanku sebagai penggenap tulang rusuk dari seorang lelaki yang kini
kudampingi. Selebihnya, bersyukur atas hal sekecil apapun yang telah Allah berikan dalam
kehidupanku.
Bukankah Allah sendiri yang telah berjanji? "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Q.S Ibrahim : 7. Semoga kita pun bisa menjadi hambaNya yang selalu bersyukur. Aamiin.
*Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Ya Allah Beri Aku Kekuatan.
Info selengkapnya ada di sini.
Judul Buku : Ya Allah Beri Aku Kekuatan
Penulis : Aida MA
Halaman : 356 halaman
Penerbit : Quanta, Elex Media
Harga : Rp. 58.800
terharu aku baca kisah sri mba fit..huhuhu
BalasHapusDan yang paling membuatku miris, ketika kusaksikan dia berjalan berdua dengan gadis kecilnya di pagi hari demi sekarung barang bekas :a:
BalasHapus