Kamis, 21 November 2013

Oleh-Oleh #Kampus Fiksi Roadshow Solo

#Kampus Fiksi di Solo?
Pokoknya harus ikut!

Itulah tekadku begitu membaca pengumuman adanya #Kampus Fiksi Roadshow yang akan diadakan di toko buku Toga Mas Solo. Berhubung dulu pernah mendaftar #Kampus Fiksi yang reguler dan tentu saja tidak lolos! (ayeee, bangga bener tidak lolos :D), maka demi apa pun aku harus ikut #Kampus Fiksi yang di Solo ini. Mulailah aku mengirim persyaratan pendaftarannya melalui email.Syaratnya mudah. Calon peserta hanya disuruh untuk mengirim surat pernyataan kesanggupan mengikuti acara yang ditempeli materai dan ditandatangani, kemudian discan, dan selesai. Syaratnya memang tak seribet ketika mendaftar #Kampus Fiksi yang reguler, yang diharuskan membuat cerpen dan diseleksi.

Tak butuh waktu lama, hanya selang sehari dari pengiriman email, pihak Diva Press memberikan balasan lewat email pula bahwa aku menjadi salah satu peserta #Kampus Fiksi Roadshow di Solo. Alhamdulillah. Padahal sempat takut tidak kebagian seat, karena aku telat tahu pengumumannya.


Setelah kepastian diterimanya diriku sebagai peserta, mulai deh aku melancarkan rayuan maut untuk suamiku, agar si Mas bersedia mengantar istrinya yang cantik jelita dan tak bisa naik motor ini pada hari H nanti. Maklum, kalau tidak dipesan duluan, si Mas-nya jadwal sangat padet seperti roti bantet :D


Finnaly, di hari Minggu yang diguyur hujan, aku sudah nangkring di atas motor suami, siap diantarkan ke Toga Mas Solo. Rintik hujan mengiringi perjalananku dalam menimba ilmu, ceileeeehhh... :D

Hujan masih saja mengguyur ketika aku sampai di Toga Mas, bahkan lebih deras dari sebelumnya. Dengan PD akut, aku yang lumayan basah kuyup masuk ke area toko buku, berbasa-basi tanya kepada petugas toko dimana tempat #Kampus Fiksi-nya. Sementara itu, si Mas sudah melaju mengantarkan orderan konsumen. Ceritanya sih sambil menyelam minum air (kembung dong ya!)

Awalnya aku pikir tempat duduknya pakai kursi, ternyata Toga Mas tahu apa yang kumau. Mereka menyediakan tempat duduknya lesehan. Keren kan? bisa selonjoran kaki kalau duduk lesehan itu :)
Setelah daftar ulang, tanda tangan, menerima silabus, dan tentu saja snack, aku segera mengambil posisi duduk ternyaman yang menghadap langsung ke tempat pembicara nantinya. Biar jelas nyerap ilmunya, heu.

Pukul 13.00 acara dimulai. Nah, bagi yang ingin tahu apa saja sih yang dibahas di #Kampus Fiksi itu, bisa menyimak tulisanku di bawah ini.

Pertama acara dibuka oleh Mbak Ita, yang bertugas sebagai MC. Gaya bicaranya yang renyah membuat peserta Roadshow tambah bersemangat. Dia membacakan susunan acaranya. Kemudian ada sambutan dari pihak Toga Mas yang diwakili oleh Mas Arif. Setelahnya, acara dibagi menjadi tiga sesi penting yang sepenuhnya diisi oleh pihak Diva Press.

Sesi pertama, tentang keredaksian yang dibawakan oleh Mbak Rina, ketua redaksi Diva Press. Mbak Rina ini sosok yang lumayan menyita perhatian, pasalnya dia tampil tomboy dengan setelan kemeja, celana, serta jilbab yang serba hitam, namun intonasi bicaranya pelan. Pada sesi inilah semua tentang keredaksian dikupas tuntas setajam golok *eh* :D

Secara ringkasnya, ini ni yang dibahas dalam sesi keredaksian :
1. Berapa lamanya evaluasi naskah
Mengingat banyak sekali naskah yang masuk ke Diva Press setiap bulannya, maka evaluasi naskah ini dilakukan selama satu bulan. Jika dalam satu bulan penerbit belum memberikan jawaban, maka penulis boleh menanyakan nasib naskahnya.

2. Apa saja yang dinilai dari naskah
Setiap naskah yang masuk dinilai dari segi :
(i)   Kualitas naskah (tentang tema, ide, teknik penulisan, dll)
(ii)  Sesuai dengan selera pasar atau tidak
(iii) Latar belakang penulis (apakah sudah pernah menerbitkan karya, terkenal/baru, punya komunitas/tidak)

3. Pertimbangan lain dalam evaluasi naskah
Tidak menutup kemungkinan naskah ditolak karena si penulis terkesan mendesak redaksi untuk segera memberikan jawaban. Sementara masa evaluasi naskah belum selesai. Hal ini bisa membuat point pertimbangan sebelumnya menjadi tidak diperlukan lagi. Intinya, jangan riwil menanyakan nasib naskah! *catatan buat aku pribadi ini* hihihi :D

4. Yang penulis lakukan jika naskah dinyatakan diterima
Seneng dong ya naskahnya diterima, tapi jangan lupa segera lakukan hal berikut :
(i)  Segera tandatangani MOU yang dikirim penerbit, kemudian mengirimkannya kembali.
(ii) Segera kirimkan kelengkapan naskah yang berupa ucapan terima kasih, biodata, daftar pustaka (jika ada), serta endorsement.

5. Kapan naskah akan terbit?
Nah, ini... ni... begitu dinyatakan diterima, penulis pasti sudah tidak sabar kapan bukunya terbit. Tapi... pada kenyataannya, naskah yang sudah diterima itu belum tentu langsung bisa diterbitkan. Lho kenapa? karena naskah bisa terbit dalam waktu cepat atau beberapa bulan ke depan. Hal ini disesuaikan dengan momment, pangsa pasar, dll.
*Jadi ingat Glamo Girls yang lagi antri, apa kabar kamu Nak?*

6. Kenapa naskah harus direvisi?
Revisi? Ih, bikin sebel ya? Tapi kalau pihak penerbit menginginkannya, ya penulis harus mau tentunya. Untuk revisi ini bisa dilakukan karena naskah kurang halaman atau mungkin logika cerita yang tidak sesuai. Untuk revisi, penulis bisa melakukannya sendiri atau menyerahkannya kepada pihak editor.

7. Boleh tidak penulis membuat desain cover sendiri?
Jawabannya boleh. Tapi belum tentu diterima karena penerbit memiliki pertimbangan sendiri dari segi trend pasar, trend warna, trend simbol, gambar, dsb.

Sesi keredaksian selesai. Dilanjut dengan sesi marketing yang diampu oleh Mas Acong (nama aslinya Indra Gunawan). Jauh banget ya nama asli sama nama panggilannya :D

Dalam sesi marketing ini, Mas Acong menanyakan kepada peserta, "Jika disuruh memilih, kalian memilih menjadi penulis idealis atau bisnis?" Tentu, beda kepala, beda pula pemikirannya ya. Begitupun jawaban dari para peserta.

Dalam dunia marketing, penulis bisa diorientasikan menjadi dua macam, yaitu penulis idealis dan penulis bisnis. Penulis idealis biasanya menulis sesuai dengan kemampuan, skill, dan bakatnya (dalam genre). Sedangkan penulis bisnis adalah penulis yang berorientasi pada momment. Penulis bisnis mengamati betul naskah-naskah apa yang sedang trend di pasaran. Selain itu, penulis bisnis juga bisa menjadi marketing dari bukunya sendiri.

Nah, ini dia tips dari Mas Acong untuk menganalisa buku bertema apa yang sedang best seller :
1. Lihat kerumuman orang di toko buku!
Biasanya orang-orang akan berkerumun pada bagian rak buku yang ada label 'best seller'. Ini bisa dijadikan acuan tema yang sedang menjadi trend pasar. Beda denganku yang suka berkerumun di rak buku yang ada tulisan diskonnya *ups* :D

2. Ikuti aturan buku momment
Misal ni ya, momment valentine, maka 4-5 bulan sebelumnya, tulislah naskah yang bertema romance. Masukkan hal-hal yang berhubungan dengan valentine ke dalam naskah, termasuk cokelat *pengen nyomot silver quin* :)

3. Pastikan buku bisa terdisplay cantik
Buku yang terdisplay menarik di toko buku bisa menarik minat pembeli untuk membacanya. Jangan sampai dong buku kita terdisplay cantik, tapi di gudang *gubrak*

4. Aktif di berbagai sosmed (Facebook, Blog, atau Twitter)
Banyak yang bisa kita dapatkan bila kita bisa aktif di berbagai sosmed. Selain tahu trend pasar tema yang tengah digandrungi, sosmed juga bisa dijadikan sebagai ajang promosi atau kontroversi yang pada akhinya menaikkan pamor buku.

Pembahasan berlanjut tentang kategori buku 'best seller'. Kategori best seller ini dinilai dari segi penjualan di toko buku. Sedangkan untuk penempelan logo best seller sendiri tidak hanya ditentukan dari penjualan di satu toko buku saja, melainkan dibeberapa toko buku yang berbeda. Karena bisa saja, sebuah buku begitu laris di toko A, tapi tidak begitu laris di toko B. Selain itu, buku best seller bisa diangkat oleh media-media yang bersedia mempublishnya.

Pembahasan tentang marketing usai, dan dilanjut dengan pambahasan yang ditunggu-tunggu peserta, yaitu sesi teknik menulis yang dibawakan oleh Bapak Edi Akhiles, pemilik Diva Press. Dengan gaya bicaranya yang kocak, Pak Edi sukses membuat peserta tambah bersemangat.

Pembahasan oleh Pak Edi ini diantaranya membahas tentang kelebihan seorang penulis. Sadar atau tidak kita sadari, kita sebagai seorang penulis memiliki beberapa kelebihan lho (GR boleh kan?), diantaranya :
- Penulis memilk pengetahuan yang lebih. Apa sebab? Karena untuk bisa menulis, seorang penulis akan mengawalinya dengan riset. Riset inilah yang membuat penulis berusaha mencari tahu tentang banyak hal yang akan ditulisnya.
- Penulis adalah penafsir (interpreter)
- Penulis bisa mempengaruhi orang lain lewat tulisannya
Nah, keren kan seorang penulis itu? Makanya jangan pernah menyesal jadi penulis, hehehe

Di sesi inilah Pak Edi menjelaskan beberapa point utama dalam karya fiksi, yaitu :
 1. Tips mencari ide
Ide bisa didapat dimana saja. Bila tanpa sengaja kita menemukan ide, segera tangkap dan tulis! Tapi yang perlu diingat, tidak semua ide layak untuk ditulis. Untuk usaha penyelamatan, ide bisa ditulis pada HP, tisu, atau telapak tangan. Tapi jangan pinjam telapak tangan orang lain, kata Pak Edi.

2. Buatlah ide yang unik
Ide yang unik bisa dilakukan dengan penguasaan ide serta terapkan mindset yang out off the box. Penguasaan ide dilakukan melalui riset. Dan untuk menulis buku yang unik, buatlah naskah yang berbeda dari penulis lain melalui sudut pandang yang berbeda.

3. Buat outline
Sebagian orang menganggap outline tidaklah penting. Kalau mau menulis, ya mengalir saja. Kata siapa? itu sih kalau untuk penulis yang jam terbangnya sudah tinggi sampai langit ke tujuh. Lha kalau untuk penulis pemula, pembuatan outline sangatlah penting. Outline akan membuat penulisan naskah lebih fokus. Tahu sendiri kan ya sebagai manusia, kita itu sering labil? :D

4. Judul
Untuk membuat judul yang menarik, usahakan untuk memilih judul yang mengandung kata konotatif dan bermetafora. Dengan catatan, judul juga harus sesuai dengan isi.

5. Kalimat/ paragraf pembuka
Nah, ini ni yang menentukan kelanjutan hidup naskah di meja redaksi. Bila di awal-awal paragraf redaksi sudah tidak terpikat dengan kalimat kita, sudah dipastikan mereka tidak akan membacanya dengan selesai. Untuk itu, jangan bertele-tele di kalimat pembuka. Tujuannya, tentu saja agar pembaca tidak merasa bosan.

6. Tips membuat kalimat (jungkir balikkan kalimat, jangan terjebak dalam pakem)
Sebuah kalimat biasanya terdiri minimal dari Subjek dan Predikat. Tapi... yang perlu ditekankan bahwa letak Subjek tidak harus di depan dan diikuti Predikat. Ada kalanya, jungkir balikkan kalimat tersebut dengan Predikat di awal yang kemudian diikuti Subjek. Fleksibel saja lah yaw! Dan agar cerita enak dibaca, hendaknya kalimat ditulis dengan lancar, lugas, dan tidak kaku pegel linu. :D

7. Kalimat tumpang tindih
Dalam sebuah paragraf, jangan pernah menggunakan dua tokoh, agar pembaca tidak bingung. Penggunaan dua tokoh ini akan membuat kalimat tumpang tindih.
Misal :
Ani menangis. "Kenapa kamu tega sama aku?" cecarnya. Ia susut air matanya dengan selembar tisu. Karena merasa terpojok, pelan Budi menjawab, "Maaf, aku terpaksa!"
  
Nah, penggunaan dua tokoh (Ani dan Budi) dalam satu paragraf begini bisa jadi membuat pembaca bingung. Solusinya, pisahkan.
Misal :
Paragraf 1
Ani menangis. "Kenapa kamu tega sama aku?" cecarnya. Ia susut air matanya dengan selembar tisu.
Paragraf 2
Karena merasa terpojok, pelan Budi menjawab, "Maaf, aku terpaksa!"

8. Snapshot
Apa sih snapshot itu? Snapshot adalah teknik penulisan yang digunakan sebagai dramatisasi. Bila umumnya sebuah kalimat itu terdiri dari Subjek dan Predikat, maka pada snapshoot hanya berupa gabungan kata-kata yang disebut frase (tidak mengandung predikat).
Contoh : Malam pekat. Gelap. Sunyi dan gigil, tak berbintang.

9. Setting kaya' berita
Untuk membuat tulisan enak dibaca, usahakan jangan menuturkan setting layaknya seorang reporter menuturkan berita. Caranya, libatkan adanya tokoh dalam pendiskipsian setting tersebut. Adanya tokoh inilah yang akan membedakan antara berita dengan sebuah karya fiksi.
Contoh berita : Gunung Merapi sedang terbatuk-batuk. Abunya beterbangan hingga ke wilayah yang ada di sekitarnya, seperti Klaten dan Solo.
Contoh fiksi : Lelaki itu menepuk bahuku, "Tahukah kamu? Kemarin Gunung Merapi sedang terbatuk-batuk. Abunya beterbangan hingga ke wilayah yang ada di sekitarnya, seperti Klaten dan Solo."

10. Pesan moral 
Setiap tulisan harus mengandung pesan moral. Hanya saja, kita harus pandai-pandai membuat pesan moral itu secara implisit agar tidak terkesan menggurui. Pesan moral lebih baik disampaikan dengan smooth dan tersirat, karena pembaca sangat tidak suka diceramahi. Lagipula, sekarang ustad-ustad sudah banyak kan ya? Jadi kita tak perlu juga menjadi ustad :D

11. Narasi dan dialog yang logis
Meski karya fiksi, tapi penulis tetap dituntut untuk menuliskan narasi dan dialog dengan logis. Penulisan narasi dan dialog ada kalanya menggunakan diksi. Nah, saatnya kita bisa membebaskan kata dari makna aslinya. 
Misal :
Secara umum, mata berfungsi untuk melihat. Tapi seorang penulis bisa menuliskan mata sebagai sesuatu yang menghujam, menampar, atau menelanjangi, dsb.
Contoh : Aku bergidik ngeri. Matanya menelanjangiku dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Tubuhku bergetar dibuatnya.

Well, kelar sudah tugasku membagikan ilmu sesuai apa yang kudapat waktu #Kampus Fiksi Roadshow di Solo kemarin. Sekarang saatnya menerapkan. Kita pasti bisa!

Bonusnya, ini foto Pak Edi saat mengajar
Nyomot dari FBnya Mbak Asih Sekarini

4 komentar: