Rabu, 28 Maret 2012

KERETA TERAKHIR


( Sinopsis )


Aku menunggumu di peron, menanti kereta terakhir yang membawa kita dalam diskusi rasa. Ribuan kisah yang terbaca pada raut wajah yang memenuhi gerbong kereta. Lalu kubiarkan mata kita berbicara mencari jawab dalam setiap tatap. Karena kau dan aku adalah belahan jiwa.

Cinta... Rangkaian aksara yang tak akan pernah kehabisan makna. Tak terprediksi kapan datangnya dan acapkali si empunya hati tak menyadari keberadaannya.

Sabtu, 24 Maret 2012

Berbagi Hati


“Dia meminta sedikit ruang di hati mas. Sedikit saja.” nada suara mas begitu memohon.

Aku tak sanggup berkata-kata. Lidahku kelu. Yang ada hanya air mata yang menjadi saksi atas permintaan itu. Permintaan yang aku sendiri tak pernah tahu apakah aku bisa mewujudkannya. Ya, permintaan untuk berbagi hati.

Mas memelukku. Diusapnya butir bening yang terus menyeruak dari kedua mataku. Dadaku terasa sesak. Permintaan itu sungguh seakan menusuk-nusuk hatiku. Perih.

“Mas mengabulkannya?” kucoba menguatkan hati dan bertanya pada mas. Sebenarnya aku ingin mas menggeleng sebagai jawabannya. Namun, lagi-lagi aku harus kecewa. Anggukan itu serasa menjadi pukulan yang sangat berat yang menghantam dadaku.

Senja Di Taman Kota


“Maafkan aku, Dinda. Aku tak bermaksud menyakitimu.” Wilmi tertunduk. Wajahnya terlihat pias dan lelah.

“Mengapa mas? Mengapa mas tega menghianati, Dinda? Kurang apa Dinda di mata mas?” Dinda menangis tersedu. Dipegangnya perut yang mulai membesar itu.

“Tak ada yang kurang darimu, Dinda. Memang akulah lelaki yang tak bertanggungjawab. Maafkan aku. Kau boleh memakiku, kau boleh memukulku kalau itu bisa menebus kesalahanku padamu.”  Wilmi pasrah di depan Dinda.

“Untuk apa aku harus menyakiti mas, kalau itu hanya akan menyakiti diriku sendiri? Sudahlah mas.. tunjukkan aku padanya. Pada wanita yang telah mencuri hati mas dariku” kini Dinda terlihat lebih tegar.

“Iya sayang, suatu saat kaupun akan mengetahuinya”

****