Sabtu, 24 Maret 2012

Senja Di Taman Kota


“Maafkan aku, Dinda. Aku tak bermaksud menyakitimu.” Wilmi tertunduk. Wajahnya terlihat pias dan lelah.

“Mengapa mas? Mengapa mas tega menghianati, Dinda? Kurang apa Dinda di mata mas?” Dinda menangis tersedu. Dipegangnya perut yang mulai membesar itu.

“Tak ada yang kurang darimu, Dinda. Memang akulah lelaki yang tak bertanggungjawab. Maafkan aku. Kau boleh memakiku, kau boleh memukulku kalau itu bisa menebus kesalahanku padamu.”  Wilmi pasrah di depan Dinda.

“Untuk apa aku harus menyakiti mas, kalau itu hanya akan menyakiti diriku sendiri? Sudahlah mas.. tunjukkan aku padanya. Pada wanita yang telah mencuri hati mas dariku” kini Dinda terlihat lebih tegar.

“Iya sayang, suatu saat kaupun akan mengetahuinya”

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar