Jumat, 29 November 2013

Salah Perkiraan


Hujan turun kian mengganas. Percikannya bagai duri-duri tajam yang menghujam ke seluruh tubuh. Alex tetap terpaku di tempatnya berdiri, meski gigil mulai dirasakannya.

“Tunggu aku setengah jam lagi!” begitu pinta Tania, yang lantas membuat Alex tak mau beranjak. Khawatir si gadis akan kecewa bila tak menemukannya di tempat yang sudah mereka sepakati.

“Jangankan setengah jam, setengah abad pun aku rela menunggumu,” kelakar Alex saat itu. Tania tertawa renyah di ujung telepon. 

Tapi nyatanya, setengah jam telah berlalu. Batang hidung Tania belum juga muncul. Alex mulai resah. 


“Begini rasanya menunggu setengah jam, bagaimana bila beneran setengah abad?” gerutu Alex menyadari kebodohan dari ucapannya sendiri.

Jika bukan demi Tania, anak bos-nya itu, mungkin Alex sudah menyingkir jauh-jauh sebelum air hujan benar-benar membuatnya hampir mati kedinginan. Nafasnya mulai sesak. Bibirnya mulai biru kaku. Asmanya kambuh.

“Tania... Tania... kamu dimana?”

Sementara itu, di depannya melintas sebuah sedan silver yang sempat memercikkan air ke tubuh Alex saat melewati sebuah kubangan.

“Maafkan aku Lex, seharusnya Pak Min yang mengantarkanku ke tempat kursus, bukan Papa,” batin seorang gadis yang tengah duduk di samping kursi kemudi. Ia tak perlu turun dari mobilnya, atau Papanya akan mendamprat lelaki yang dicintainya itu habis-habisan.


9 komentar:

  1. Hhhh... pak bos... pak bos...
    Restui kami *eh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi... pak bosnya masih memperhitungkan bibit, bebet, bobot. :D

      Hapus
    2. wakakaka.. pak bos ini bener mbak.. bibit bebet sama bobo sangat penting ahahha

      Hapus
  2. Balasan
    1. Salah perkiraan, Tania pikir yang mau antar Pak sopirnya, ternyata malah Papanya sendiri. kalau pak sopirnya kan bisa dikibulin, hahaha *kok jadi aku yang berasa jadi Tania* :D

      Hapus
  3. begitu lah nasib orang yang mencintai anak bosnya,,hhe

    BalasHapus
  4. Cinta terhalang status...sing sabar ^^

    BalasHapus