Rabu, 25 Juli 2012

Nak, Tolong Beliin Mama Pulsa...!!!


Lagi, dan lagi! Sering sekali aku mendapat sms yang isinya minta dibelikan pulsa dengan versi yang hampir sama. Entah itu yang memakai sebutan "Papa" atau "Mama", hingga membawa-bawa kantor polisi segala. Intinya si pengirim sms minta agar nomornya diisi pulsa. Duileeehhh, emangnya gue conter HP! Para penipu yang suka memplagiat, halah :D

Karena sudah kebal dengan sms-sms yang seperti itu, aku sih fine-fine aja. Begitu ada sms serupa yang masuk, langsung DELETE sudah beres! Tapi yang perlu diwaspadai ketika si penipu memakai modus yang agak berbeda. Dan herannya, dia justru berani menelepon.

Pernah di suatu malam aku hampir saja percaya kalau si penelepon adalah temanku semasa SMA dulu. Rupanya si penipu sudah agak naik grade kepintarannya dengan memanfaatkan kondisi (calon) korban yang rata-rata tak menyadari ketika dia sudah (hampir) menjadi korban.

Begini kira-kira kejadiannya :

Kring.. kring... (HP ku berbunyi sekaligus getarannya membangunkanku di malam yang hampir jam 11). Mataku yang baru melek mulai sadar kalau ada nomor asing masuk menelepon. Panggilan pertama kuabaikan, hingga panggilan kedua yang lumayan lama aku angkat juga teleponnya. Aku berpikirnya sih positif aja, tak mungkin orang menelepon malam-malam kalau memang tidak perlu, apalagi sampai menelepon berulang-ulang. Akhirnya terjadilah percakapan itu.

Aku: Hallo, assalamu'alaikum
Dia: Hallo... (tanpa menjawab salamku)
Aku: Maaf, ini nomor siapa ya? (mulai panasaran)
Dia: Ini aku, temen kamu (tanpa menyebutkan nama dan temen apa)
Aku: Temen? siapa? (semakin penasaran)
Dia: Ini aku, temen kamu yang jadi polisi

Seketika aku mencoba mengingat diantara temen-temenku yang sukses jadi polisi, dan yang paling sering beriteraksi denganku kebetulan adalah si A (nama sengaja disamarkan untuk menjaga privasi :D). Dan si A ini adalah seorang polisi. Dia juga beberapa kali main ke tempatku bekerja. Jadi aku pikir, si A inilah yang saat itu sedang meneleponku.

Aku: Owh... kamu si A? (tanyaku mulai menebak-nebak)
Dia: Ya... ya... aku si A. Kirain kamu dah lupa.

Aku manggut-manggut meski sedikit heran, tumben si A telepon malam-malam.

Dia: Aku boleh minta tolong? 
Aku: Minta tolong apa?
Dia: Ini aku sedang ada urusan di kantor, urusi barang-barang ilegal, seperti HP, laptop, BB 

Bla...bla...bla..., aku ga begitu denger apa yang dia ucapkan. Dia juga sempat bertanya beberapa nomor temenku sekaligus suruh kasih namanya. Hingga akhirnya dia sampai pada pokok permasalahan.

Dia: Tolong beliin aku pulsa dong, soalnya aku pulangnya masih nanti malam. Ya, bisa kan?
Aku: (Heran) Kok harus aku, memangnya istri kamu kemana? 
Dia: Ya, dia kan juga sibuk.

Heeemmm, mulai timbul rasa curiga. Sesibuk apapun, ketika seseorang membutuhkan sesuatu yang sifatnya pribadi, pasti keluarga dulu yang menjadi tempat minta tolong. Lhah ini kenapa malah dengan alasan sibuk mau merepotkan orang lain?

Aku: Maaf, aku ga bisa keluar beli pulsa. Sudah malam, lagipula ga ada yang jaga anakku. (Alasan sekaligus kenyataan karena aku memang benar-benar sedang menunggui lelaki kecilku yang terlelap)
Dia: Plis deh, minta tolong siapa dulu kek, besok aku ganti uang.
Aku: Lha mau gantinya kapan? dimana? (aku mencoba mengoreknya lebih jauh)
Dia: Ya aku ganti besok ke tempat kerjamu.

Aha, aku dapat ide untuk menjebaknya!!

Aku:  Memang kamu tahu tempat kerjaku? 
Dia: Ya nanti kan gampang, kamu tinggal sms saja dimana alamatnya

Akhirnya kecurigaanku semakin nyata, dia bukan si A. Hanya penipu yang kebetulan pas menggunakan kata "polisi" sebagai pancingan. Kalau si A beneran, tidak perlu dia bertanya dimana tempat kerjaku, karena sudah berkali-kali dia datang ke sana.

Aku: Oke, mau dibelikan berapa? (pura-pura mau membelikan)
Dia: 50 ribu aja deh, atau 100 ribu sekalian juga boleh. Beneran besok kuganti.
Aku: Oke, ga usah dipikir

Sepertinya dalam hati dia ketawa-ketiwi mengira aku sudah masuk perangkapnya. Hohoho, aku bukan orang bodoh bro! Minta pulsa kok 50-100 ribu, lha wong aku sendiri aja ga pernah beli pulsa segitu banyak :D

Akhirnya aku kembali meraih mimpiku yang sempat terganggu (cieee.... :D). Kuabaikan teleponnya yang berulang-ulang. Paling dia mbatin kok pulsanya ga sampai-sampai. Padahal kan emang ga dikirim. :D. Aku silent HP ku hingga aku bisa tertidur pulas.

Kukira aku sudah lepas dari si penipu itu, eh lha kok pagi harinya dia telepon lagi dengan nomor yang berbeda.
Aku: Hallo, ini siapa? (aku malas berbasa-basi)
Dia: Ini aku si A kemarin. Kok pulsanya ga sampai-sampai ya? sampai ini aku pinjam nomor adikku.
Aku: Oh, belum sampai ya? (ketawa ngikik dalam hati)
Dia: Iya belum sampai. Bisa kirim lagi?

Aku mulai gemas.... grrrrrhhhhh!!!

Aku: Sebentar-sebentar... sebenernya kamu ini siapa?
Dia: (Gugup) Ini aku...
Aku: Aku... aku... siapa? (kudesak plus sedikit bentak)
Dia: Ini aku... si A (terbata-bata jawabnya)
Aku: Eh, tak bilangin ya si A gadungan, aku tuh tau kalau kamu berniat nipu. barusan si A asli ke sini (aku mencoba menakut-nakutinya)
Dia: Kalau ga percaya ya sudah! (telepon ditutup)

Yes! akhirnya kabur juga tu penipu karena merasa posisinya sudah tak aman. Tapi aku puas karena sudah menghabiskan pulsanya untuk meneleponku, sedang pulsa yang dia harapkan tak pernah dia dapatkan... hahaha.. *ketawa setan* :D

Mengingat semalam aku sudah melakukan hal bodoh dengan mengirim nomor teman-temanku ke dia, aku segera menebus kesalahan itu dengan mengirim sms ke nomor teman-temanku. Intinya aku memberitahu kejadian yang sebenarnya dan himbauan kepada mereka untuk tak menghiraukan nomor si penipu itu jika suatu saat menelepon. Aku juga menceritakan modusnya agar teman-temanku juga tahu.

Well, berhati-hatilah jika suatu saat Anda sekalian mengalami kejadian yang sama seperti yang aku kisahkan di atas. 

Ingat! Kejahatan tidak hanya terjadi karena adanya niat, tapi juga karena ada kesempatan. Inga'inga' ting! :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar