Kamis, 20 September 2012

Secuil Perca



“Stop! Sudah kubilang, buang perca-perca itu!” Dia membentakku. Ditendangnya perca-perca itu hingga berserakan dimana-mana.

Aku hanya bisa menangis terisak sambil mengumpulkan kembali perca yang tercecer. Dia memang tak pernah setuju aku menjahit. Baginya boneka-boneka dari kain perca itu tak berguna. Hanya membuat kotor rumah. Toh, hasil penjualannya pun tak seberapa. Tak sebanding dengan gaji kantor yang selama ini diperolehnya.

“Aku masih sanggup menghidupimu tanpa boneka-boneka kainmu itu. Buang atau aku bakar semuanya?” dia kembali meradang.

“Tidak, aku tak kan membuangnya! Jika sampai kau bakar, kau akan membakar hati putri kita,” kulirik anak perempuanku yang sedang bermain boneka perca buatanku.

“Putri kita sangat menyukai boneka perca-nya. Apa kau tega melakukannya?”

Dia pun terdiam.

gambar dicomot dari sini http://arumdati.com/2011/membuat-boneka-kain/

* Kadang kita tak pernah menghargai sesuatu yang terlihat sepele di hadapan kita. Padahal, seringkali yang terlihat sepele itu justru menjadi sesuatu yang berharga bagi orang lain *

2 komentar:

  1. Tuhan ciptakan byk hal lewat tangan manusia juga..
    Maka cinta padaNYA adalah cinta pada karyaNYA

    BalasHapus
  2. Tuhan ciptakan byk hal lewat tangan manusia juga..
    Maka cinta padaNYA adalah cinta pada karyaNYA

    BalasHapus