Jumat, 31 Mei 2013

Segenggam Semangat Di Pagi Hari


Tak terasa waktu telah menumbuhkanmu,
Dan kau pun menjelma menjadi sosok yang selalu menggemaskan, anakku ...  

Sebagai orang tua, kadang kita tidak menyadari perkembangan demi perkembangan apa yang tengah dialami oleh buah hati kita. Entah itu dari kelucuan, kepintaran, atau mungkin hal-hal kecil yang bahkan terlewat dari perhatian kita. Namun seringkali ketika sesuatu yang dianggap 'wah' itu muncul pada diri buah hati kita, sontak kita akan terkejut sekaligus bahagia, atau bahkan terharu dengan perkembangan itu.

Pagi tadi, aku sempat terkejut dengan ucapan polos lelaki kecilku. Di saat aku sudah selesai menyiapkan segala keperluannya dan bersiap berangkat kerja dengan tergesa, aku pun segera mengulurkan tangan padanya. Dengan penuh rasa sayang, dia pun mengecup punggung tanganku. Tak lupa kudaratkan bertubi-tubi ciuman di kening dan kedua pipinya. Namun begitu aku mau keluar, tiba-tiba lelaki kecilku dengan penuh perhatiannya berkata, "Bu ... Ibu ga sarapan dulu to? Ibu nanti sarapan dimana?" 

Seketika aku berhenti. Aku kembali mendekat dan menciumnya. Entah kenapa tiba-tiba muncul perasaan bahagiiiiaaaaa banget yang tengah aku rasakan. Ya, aku senang karena lelaki kecilku tumbuh menjadi seorang anak yang penuh perhatian. Aku tak menyangka dia akan berkata seperti itu.

Mungkin dia belajar dari kebiasaan. Aku yang biasanya setiap mau berangkat kerja selalu sarapan bersamanya, tapi hari ini aku meninggalkan sarapan karena memang waktu telah memburuku untuk segera berangkat. Jadi begitu dia tak melihatku sarapan, dia lantas menanyakan hal itu padaku.

"Iya, nanti Ibu sarapan di tempat kerja," jawabku. Dia pun lantas tersenyum manis.

Begitu aku sudah naik di boncegan motor suami, lelaki kecilku kembali memanggil.
"Ibu, hati-hati ya!" Kalimat itu diulangnya hingga dua kali. Dan biasanya, dia akan selalu melambaikan tangannya dan terus menatapku sampai aku benar-benar tak terlihat di belokan gang.

Subhanallah ... Mungkin aku terlalu berlebihan dengan kesenangan ini.  Tapi memang aku tak bisa memungkiri bahwa celoteh-celoteh polosnya itu selalu menjadi semangat tersendiri buatku. Seringkali ketika menatapnya dalam lelap, aku meneteskan air mata mensyukuri betapa indahnya amanah Allah yang satu ini. Tak jarang aku sering pula takut karena merasa belum bisa menjadi seorang ibu yang baik untuknya.

Ya Allah ... syukur tak terhingga kupanjatkan atas amanahMu ini.
Jadikan dia sebagai anak yang sholeh yang selalu mampu menjadi cahaya mata bagi kami, kedua orang tuanya.
Hindarkan kedua mata indahnya dari hal-hal yang seharusnya tak pantas dia lihat.
Lindungilah kedua telinganya atas suara-suara yang tak seharusnya dia dengar.
Dan jagalah hatinya agar selalu berpakaian dengan iman.
Aamiin...

Ibu kangen kamu, Nak ...!

2 komentar:

  1. Ikut merasakan bahagiamu, Fit ... peluk sayang buat si kecil ya :)

    BalasHapus
  2. Iya Bunda, celotehnya yang sederhana itu ternyata mampu membahagiakan orang tua.
    Nanti disampaikan peluk sayangnya Bunda.

    Aku kangen Bunda :)

    BalasHapus