Sabtu, 01 September 2012

Tetap 'Stay' Atau Berpetualang?

Kruyuk.... kruyuk... (hadeh, panggilan alam memanggil). Instingku berkata aku harus segera mencari ganjalan perut untuk memberi makan para cacing yang menghuni ususku. Drum sudah ditabuh, dan itu berarti saatnya makaaaaannn.... :D

Seperti biasanya, karena tak mau repot aku pun segera melesat ke minimarket berlogo "lebah mungil" untuk mencari sebungkus mie. Tak membutuhkan banyak waktu, dengan cekatan tanganku segera mengambil tiga bungkus mie yang biasanya kubeli. Dua untuk suamiku (maklum, cowok jatahnya lebih banyak) dan satu untukku. Tapi begitu sekilas aku perhatikan ada mie varian baru, aku mulai gamang. Melihat kemasannya yang menarik aku ingin mencobanya. Tapi lagi-lagi tanganku tak mengambilnya. Keinginan itu hanya sebatas keinginan tanpa tindakan nyata. Akhirnya yang kubawa ke kasir tetaplah mie yang biasanya kumakan.

Tahu kenapa aku lebih memilih mie yang biasanya daripada mie yang baru itu? Ada satu alasan yang mungkin mendasariku dalam mengambil keputusan. Ceileeeehh, bahasanya ketinggian. :D

Alasan itu adalah TAKUT KECEWA, selain mungkin aku memang sudah cinta mati dengan rasa mie yang biasa kumakan, aku juga merasa takut kecewa kalau-kalau rasa mie baru itu tidak seenak mie yang biasanya kumakan. Kekhawatiran ini membuatku bertahan pada pilihan lama.

Sadar atau tidak, seringkali kita melakukan hal yang serupa. Mau tahu contohnya?

Aktivitas (apapun itu). Saat kita merasa sudah nyaman melakukan sebuah aktivitas, kita pasti tak mau diusik apalagi diusir *lho?* Apa-apa yang sudah menjadi zona nyaman buat kita pasti sebisa mungkin akan kita pertahankan. Bukan begitu?
Pasti jawabannya iya. Tapi tanpa kita sadari, dengan tetap bertahan di zona nyaman seringkali kita mengungkung kebebasan kita sendiri, mengerdilkan diri, serta menekan prestasi diri kita sendiri.




Zona nyaman akan membuat seseorang berpikir santai, karena apa yang hendak kita lakukan sudah menjadi kebiasaan dan menyelesaikan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan bukanlah sesuatu yang sulit. Akibatnya kita akan menjadi pribadi yang malas (malas 'bergerak'), penakut (takut menghadapi hal-hal baru), serta jika digambarkan ke dalam sebuah grafik, kita selalu berada di garis horizontal.

Untuk bisa keluar dari zona nyaman kita butuh KEBERANIAN. Berani mencoba dan mengeksplor hal-hal baru, serta mengembangkan imajinasi secara bebas. Hadapilah ketakutan-ketakutan yang belum teruji kebenarannya. Karena apa yang kita takutkan belum tentu terjadi.

Semakin sering kita melangkah keluar dari zona nyaman kita akan menemukan hal-hal yang lebih menantang. Boleh jadi hal-hal yang menantang itu justru akan meningkatkan potensi kita. Akan banyak mimpi yang bisa kita raih. Dan selebihnya, sering bertemu dengan tantangan akan membuat kita menjadi pribadi yang kuat dan semakin tangguh. Tak kaget jika kelak suatu saat kita perlu melewati batu terjal. Bukankah hidup ini memang sebuah perjuangan? Jika kita hanya ngumpet di zona nyaman, bagaimana bisa kita menaklukkan tantangan itu?

Hadeh, bicara soal mie kok malah jadi ngelantur begini?

Itulah hidup, akan banyak yang bisa kita petik nilainya, meski dari hal yang sederhana sekalipun  :)

3 komentar: