Kamis, 11 Oktober 2012

Mengubah Takdir



gambar dicomot dari sini

Keputusanku sudah bulat. Aku tak mungkin mengubahnya lagi. Biar pun dia berlutut dan menyembah kakiku, itu tak akan meluluhkan hatiku. Biarkan dia keluar dari rumah ini sebagai konsekuensi atas pilihan hidupnya. Aku sangat menyesalkan sikapnya yang tidak punya malu itu. Bagaimana bisa dia mengingkari kodratnya, sementara manusia selalu dituntut untuk bisa percaya pada Tuhan. Bukan malah mengingkari takdir yang sudah digariskan-Nya.

“Maafkan aku, Ma!”
Kututup saja telingaku agar tak mendengar ucapan maafnya yang kian terasa membosankan. Percuma saja memohon jika keputusanku untuk tidak memaafkannya sudah tak bisa diotak-atik lagi. Aku percaya pada Tuhan, kelak di lain waktu Dia yang akan menyembuhkan luka di hati ini.
Luka yang terasa perih akibat ‘goresan’ yang dia cipta. Rasa tidak punya malu yang ada pada dirinya itu tak langsung telah mencipta dinding pemisah hubungan darah ini. Tanpa ragu dia telah mencorengkan arang di muka kami – keluarganya. Tanpa ragu pula aku dan keluarga besarku akan mencoretnya dari daftar ahli waris. Punya ahli waris seperti dia, sungguh memalukan!


Bersusah payah aku mengandungnya, bertaruh nyawa demi melihat tangisnya, serta berbangga hati ketika yang kulahirkan ternyata seorang bayi laki-laki. Seharusnya dia tahu kalau harga seorang anak laki-laki itu lebih ‘mahal’ daripada anak perempuan. Bukankah dia sadar kalau dia lahir sebagai keturunan Thionghoa yang memang selalu menjunjung tinggi anak laki-laki? Bahkan sebuah pepatah kuno mengatakan bahwa jika seorang ibu melahirkan anak laki-laki, bayinya akan diberi permainan dengan batu giok, sedang jika bayi itu perempuan, ia akan dibiarkan bermain dengan pecahan gamping di tanah. Namun nyatanya kini, sikap tidak punya malu benar-benar telah melekat padanya. Tak kusangka dia akan menentang keputusanku untuk menjadikannya sebagai ahli waris keluarga.

“Aku percaya pada Tuhan, Ma. Dia yang akan memberikan rezeki untukku, bukan warisan Mama atau Papa,” begitu katanya sebelum akhirnya dia kabur dari rumah. Hingga setelahnya dia membuat seisi rumah heboh dengan kedatangannya dari Singapura. Dia tak lagi tampil sebagai Lian, tapi berubah menjadi Liana dengan gaya kemayunya.



*pernah diikutkan dalam lomba Misteri Ilmu-nya Group AAR (Aku Anak Rantau)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar